
DIGITAL

Menghadapi Krisis Pekerjaan Di India Yang Semakin Sulit
Menghadapi Krisis Pekerjaan Di India Yang Semakin Sulit

Menghadapi Krisis Lapangan Kerja Di India Adalah Masalah Yang Signifikan Yang Mempengaruhi Perekonomian Negara Tersebut. Beberapa faktor utama yang menyebabkan krisis ini meliputi ketidakcocokan antara keterampilan yang di miliki oleh angkatan kerja dengan kebutuhan pasar. Dan peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang sangat pesat, serta perubahan struktural dalam ekonomi yang mengarah pada pengurangan pekerjaan di sektor pertanian dan manufaktur. Mereka semua yang mengantri adalah pria, membawa tas yang berisi makan siang dan menanti giliran untuk mengikuti ujian praktek. Ujian tersebut sebagai syarat mendapat pekerjaan di Israel, pekerjaanya ialah; tukang baja, konstruksi, tukang plester, pembuat ubin dan lainnya.
Ada seorang guru bernama Ranjeet Kumar, ia adalah orang memiliki gelar universitas dan berkualifikasi, namun ia hanya mendapat pekerjaan sambilan dan tidak ada pekerjaan tetap. Pekerjaan sambilannyapun bermacam-macam, mulai dari buruh, pelukis, teknisi bengkel mobil, tukang baja dan juga surveyor di sebuah organisasi nirbala. Pekerjaan dari Israel ini merupakan kesempatan yang baik untuk dirinya dan banyak orang India lainnya. Ia berkata kalau penghasilannya tidak pernah lebih dari 700 rupee dalam sehari di usianya yang sudah 31 tahun akibat Menghadapi Krisis lapangan kerja di India.
Walaupun ia mempunyai dua gelar sarjana, dan sudah lulus tes perdagangan pemerintah agar bisa bekerja sebagai mekanik diesel. Hal yang membuatnya tertarik bekerja di Israel adalah, ia di bayar sekitar 137.000 rupee per bulan, dan mendapat tunjangan kesehatan serta akomodasi. Maka tidak mengherankan kalau Kumar sangat berharap bisa mendapat pekerjaan di Israel sebagai tukang perbaikan baja demi menghidupi tujuh anggota keluarganya di India. Tidak pernah ada pekerjaan yang baik di sana, Krisis Lapangan Kerja di mana-mana membuat orang-orang kesulitan untuk hidup ketika Menghadapi Krisis.
India Menghadapi Krisis Lapangan Kerja Yang Dahsyat
Bahan pangan mahal, sarjana apapun tidak ada gunanya akibat krisis lapangan kerja yang terjadi di sini. Kumar bahkan telah lulus sembilan tahun lalu, namun ia sama sekali tidak pernah mendapat pekerjaan dengan finansial yang stabil. Menurut laporan yang di kutip dari para pejabat, Israel berencana mendatangkan 70.000 pekerja dari Tiongkok dan India serta negara-negara lain. Untuk meningkatkan sektor konstruksinya, yang mengalami kesulitan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. Kekurangan tenaga kerja muncul setelah Israel melarang sekitar 80.000 pekerja Palestina menyusul serangan itu, tambah laporan tersebut.
Hal ini menjadi keuntungan bagi para penduduk India Menghadapi Krisis Lapangan Kerja Yang Dahsyat. Krisis lapangan kerja ini terjadi akibat penduduk India yang membludak dan tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia di sana. Sekitar 10.000 pekerja dari India di laporkan akan di pekerjakan. Uttar Pradesh dan Haryana menerima lamaran pekerjaan, dan Universitas Maharshi Dayanand di kota Rohtak di Haryana menjadi tuan rumah tes untuk beberapa ribu pelamar dari seluruh negeri. Seperti Kumar, para pencari kerja yang mengantri adalah bagian dari perekonomian informal India yang luas dan rentan, mereka bekerja tanpa kontrak dan tunjangan formal.
Seperti Kumar, banyak di antara mereka yang memiliki gelar sarjana namun berjuang untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Dan mendapati diri mereka bekerja di bidang konstruksi, dengan penghasilan hingga 700 rupee per hari selama sekitar 15-20 hari sebulan. Banyak yang melakukan banyak pekerjaan untuk meningkatkan penghasilan. Beberapa pihak mengaitkan kemunduran finansial dan prospek terbatas mereka dengan larangan mata uang India pada tahun 2016 atau demonetisasi dan lockdown ketat akibat Covid pada tahun 2020.
Penduduk Harus Membayar Mahal Demi Pekerjaan
Yang lain mengeluhkan kebocoran kertas soal dalam ujian pemerintah. Banyak yang mengaku telah mencoba membayar agen untuk memasuki Amerika Serikat dan Kanada secara ilegal, namun kesulitan mengumpulkan uang. Semua ini, kata mereka, telah mendorong mereka untuk mencari pekerjaan di luar negeri yang aman dan lebih menguntungkan, apalagi risiko bekerja di zona perang namun di beri gaji yang setimpal dengan resikonya. Krisis lapangan pekerjaan di India benar-benar parah, banyak Penduduk Harus Membayar Mahal Demi Pekerjaan yang layak. Salah satunya adalah Sanjay Verma, yang lulus pada tahun 2014, memperoleh diploma pendidikan teknik.
Dan menghabiskan enam tahun mengikuti lebih dari selusin ujian pemerintah untuk posisi di kepolisian, paramiliter, dan perkeretaapian. Pekerjaan yang ada sangat sedikit, dan permintaannya 20 kali lipat dari jumlah mereka, katanya. Pada tahun 2017, ia gagal membayar 140.000 rupee kepada agen untuk pekerjaan pertanian yang di janjikan sebesar 900 euro per bulan di Italia. Parbat Singh Chauhan mengatakan ia kembali tergelincir ke dalam ketidakpastian setelah dua kali guncangan akibat larangan mata uang dan lockdown akibat pandemi.
Pria berusia 35 tahun dari Rajasthan ini bekerja sebagai sopir ambulans darurat, dengan penghasilan 8.000 rupee sebulan untuk pekerjaan harian 12 jam. Ia juga mengambil kontrak pembangunan kecil-kecilan di desanya, dan bahkan membeli enam mobil untuk di sewakan sebagai taksi. Tuan Chauhan, seperti banyak orang lainnya, memulai perjalanannya setelah menyelesaikan sekolah menengah atas. Ia mulai sebagai pedagang koran di sekolah, menghasilkan 300 rupee sebulan. Setelah ibunya meninggal, Ia bekerja di toko pakaian. Ketika ia tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, ia mengambil kursus memperbaiki ponsel. Namun itu tidak banyak membantu finansialnya.
Intinya Sangat Sulit Mencari Pekerjaan Di India
Tidak hanya anak muda yang kesusahan mencari pekerjaan, bahkan orang yang berusia lebih tua juga kesulitan mencari pekerjaan. Intinya Sangat Sulit Mencari Pekerjaan Di India, tidak peduli usiamu berapa dan apa gelarmu. Ada orang lain seperti Ram Avatar, pembuat ubin berusia 40 tahun dari Haryana dengan pengalaman dua dekade. Menghadapi tantangan kenaikan biaya hidup dan gaji yang stagnan, ia khawatir akan pendanaan pendidikan tinggi anak-anaknya. Putrinya sedang mengejar gelar sarjana sains, sementara putranya bercita-cita menjadi akuntan. Ia mencoba pekerjaan di Dubai, Italia, dan Kanada tetapi tidak mampu membayar biaya selangit yang di minta oleh agen.
Dengan biaya sewa, pendidikan anak-anaknya, dan makanan, ia mengaku kesulitan. Ia tau ada perang di sana, dan ia tidak takut mati, orang bisa mati di mana saja katanya. Lalu ada gelombang aspirasi yang meningkat. Harsh Jat berusia 28 tahun memperoleh gelar humaniora pada tahun 2018. Awalnya seorang mekanik di sebuah pabrik mobil, ia kemudian menghabiskan dua tahun sebagai pengemudi kendaraan polisi, semakin bosan berurusan dengan “orang-orang mabuk yang menyalahgunakan saluran darurat”. Selanjutnya, ia bekerja sebagai penjaga pub di pinggiran kota kelas atas Gurgaon, dengan penghasilan 40.000 rupee.
Namun ia di di pecat dari pekerjaannya karena tidak ada kontrak kerja dan tidak mendapat keadilan di sana. Pak Jat, yang menganggur, kembali ke pertanian keluarganya seluas delapan hektar. “Tapi sekarang tidak ada yang mau bertani,” katanya. Ia mencoba pekerjaan di pemerintahan, juru tulis, polisi namun tidak berhasil. Ia mengatakan para pemuda di desanya telah membayar agen masing-masing sebesar 6 juta rupee untuk memasuki Amerika Serikat dan Kanada secara ilegal akibat di India Menghadapi Krisis.