Tempura
Tempura : Cemilan Khas Jepang Yang Memiliki Tekstur Renyah

Tempura : Cemilan Khas Jepang Yang Memiliki Tekstur Renyah

Tempura : Cemilan Khas Jepang Yang Memiliki Tekstur Renyah

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Tempura
Tempura : Cemilan Khas Jepang Yang Memiliki Tekstur Renyah

Tempura Adalah Salah Satu Kuliner Khas Jepang Yang Terkenal Di Seluruh Dunia. Makanan Ini Adalah Hidangan Yang Terdiri dari makanan laut, sayuran, atau bahan lainnya. Yang di celupkan ke dalam adonan tepung ringan, lalu di goreng hingga renyah. Makanan ini sebenarnya berasal dari pengaruh Portugis pada abad ke-16, ketika para misionaris membawa teknik menggoreng makanan ke Jepang. Kata “tempura” di yakini berasal dari kata Latin “tempora”, yang merujuk pada masa puasa. Di mana umat Katolik tidak makan daging merah dan menggantinya dengan ikan atau sayuran. Hidangan ini sering menjadi pilihan dalam menu makanan di restoran Jepang.

Akan tetapi masih terdapat sebagian orang yang belum benar-benar mengenal makanan tersebut. Jadi, apa sebenarnya tempura itu? Secara singkat, hidangan ini merupakan jenis makanan yang mirip dengan gorengan. Makanan ini terbuat dari berbagai macam sayuran atau seafood yang di celupkan ke dalam adonan yang terdiri dari kuning telur dan tepung sebelum di goreng. Tempura juga terdiri dari beragam jenis, seperti sushi, chicken, shrimp, vegetable. Walaupun terdapat banyak variasi yang telah di ciptakan, setiap varian tempura ini di buat dengan menggunakan adonan tepung yang sama.

Lantas, apa yang menjadi pembeda antara gorengan khas Indonesia dan tempura? Perbedaan utama antara gorengan di Indonesia dan makanan ini terletak pada teknik penggorengan dan adonan tepung yang di gunakan. Adonan tempura di buat dengan memakai tepung khusus yang di campurkan dengan air es. Campuran inilah yang kemudian akan membantu mencegah minyak meresap berlebihan dan menjaga adonan tetap light. Selain itu, teknik menggoreng Tempura juga akan melibatkan penggunaan minyak yang sangat panas.

Tempura Merupakan Jenis Camilan Yang Ringan Dan Renyah

Hal ini jelas berbeda dengan gorengan Indonesia yang biasanya memakai minyak dengan suhu yang tidak terlalu panas atau teknik penggorengan dengan minyak yang lebih hangat. Secara keseluruhan, Tempura Merupakan Jenis Camilan Yang Ringan Dan Renyah dengan berbagai pilihan bahan. Teknik khusus dalam pembuatan adonannya menghasilkan tekstur unik yang berbeda dari gorengan yang biasa kita temukan di Indonesia. Inilah yang semakin menjadikan makanan ini sebagai hidangan yang populer dan khas di sehingga mendunia. Mengenal tempura yang sangat lezat dari jepang akan menjadi hal pertama yang di bahas dalam artikel ini.

Seperti yang kita ketahui bahwa cemilan ini adalah makanan khas Jepang yang sering di jadikan sebagai hidangan pembuka atau pelengkap. Hidangan ini terdiri dari berbagai macam seafood, sayuran, atau daging yang di celupkan ke dalam air dingin sebelum di goreng dan di lapisi dengan adonan tepung terigu dalam minyak panas. Proses penggorengan yang cepat pada suhu tinggi membuat makanan ini menjadi renyah di luar namun tetap lembut di dalam. Sebenarnya asal muasal kata “Tempura” masih menjadi perdebatan hingga kini.

Beberapa teori mengatakan bahwa kata ini berasal dari kata Portugis yakni tempero yang memiliki arti saus atau bumbu. Teori lain juga mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Latin tempora yang artinya adalah waktu. Biasanya, makanan yang di hidangkan dengan saus khusus yang disebut tensyuyu. Saus ini merupakan campuran dari kecap, kaldu ikan atau dashi, serta mirin (sake manis), yang memberikan rasa sedikit manis dan gurih. Selain di sajikan dengan saus ini, hidangan ini juga bisa kita nikmati dengan garam atau di hidangkan bersama soba atau nasi yang semakin menambah nikmat.

Sejarah Makanan Ini Berawal Pada Abad Ke-16

Kemudian, di Jepang terdapat berbagai jenis makanan yang sangat populer. Salah satunya adalah Kakiage, yang merupakan campuran beragam jenis sayuran seperti daun mitsuba, bawang bombay, serta wortel yang di goreng bersama udang kecil atau potongan udang. Kemudian terdapat makanan Chazuke atau Tencha yang di sajikan di atas nasi putih dengan kakiage di atasnya lalu di tambahkan sedikit wasabi. Lalu santapan ini akan di siram dengan teh hijau atau dashi. Selanjutnya terdapat Shōjin-age yang merupakan jenis hidangan dengan hanya menggunakan sayur-sayuran.

Ada juga Ginpura dan Kinpura yang di bedakan berdasarkan bagian telur yang di gunakan dalam adonannya. Sejarah Makanan Ini Berawal Pada Abad Ke-16 ketika orang Portugis mulai mengenalkan metode penggorengan dengan adonan tepung ke Jepang. Teknik ini pertama kali di perkenalkan oleh bangsa Portugis dengan membawa makanan yang di sebut peixinhos da horta yang dalam Bahasa Portugis berarti ikan-ikan dari kebun. Hidangan ini berupa kacang panjang yang di celupkan dalam adonan tepung dan kemudian di goreng. Pada awalnya, adonan tepung yang di gunakan oleh Portugis terdiri dari campuran tepung terigu, telur dan air.

Yang kemudian akan di gunakan untuk melapisi sayuran sebelum di goreng. Ketika bangsa Portugis mulai masuk ke dalam budaya Jepang, teknik ini di adopsi oleh Jepang dan di kenal sebagai Tempura. Seiring waktu, hidangan ini di sesuaikan dengan bahan-bahan lokal Jepang dan berkembang menjadi Tempura yang kita kenal hingga sekarang. Pada zaman Edo, sekitar abad ke-17 hingga ke-19, Tempura mulai populer dengan lebih luas di Jepang dan mengalami banyak variasi. Awalnya, Tempura yang sebenarnya terbuat dari sayuran dan di kenal sebagai gorengan vegetarian atau shōjin-age.

Beberapa Variasi Yang Populer

Selain itu, ada 2 jenis makanan yang di bedakan berdasarkan bagian telur yang di pakai dalam adonan tepun. Terdapat kinpura yang hanya menggunakan kuning telur, dan ginpura yang hanya menggunakan putih telur. Sejumlah pedagang makanan tradisional masih mempertahankan penggunaan kedua jenis adonan ini hingga saat ini. Selama bertahun-tahun, makanan ini terus berkembang dan menjadi semakin populer dengan berbagai variasi yang bermunculan. Beberapa Variasi Yang Populer termasuk kakiage, yaitu campuran berbagai sayuran yang di goreng bersama. Kemudian terdapat makanan chazuke (tencha), yang merupakan cemilan di atas nasi dengan tambahan dashi dan teh hijau.

Selain itu, beragam jenis sayuran dan ikan yang di lapisi dengan campuran air, tepung terigu, dan telur juga menjadi variasi makanan yang di sukai banyak orang. Saat misionaris Portugis tiba di Jepang, mereka mendapati bahwa budaya Jepang sangat terbuka terhadap perubahan dan antusias untuk mencoba hal-hal baru. Pada abad ke-16, Jepang berada dalam periode perang saudara dan proses penyatuan. Inilah yang membuat masyarakat Jepang sangat terbuka terhadap ide-ide baru dan ingin mempelajari hal-hal baru, terutama dari pengunjung Barat. Masyarakat Jepang mengadopsi resep peixinhos da horta dari Portugis dan memodifikasinya dengan meringankan adonannya serta menggunakan bahan-bahan lokal yang berbeda.

Orang Portugis membawa tepung dan senjata untuk di perdagangkan. Sementara masyarakat Jepang sudah familiar dengan senjata, mereka belum tahu cara menggunakan tepung. Ketika mereka bertanya tentang penggunaan tepung tersebut, orang Portugis menyarankan untuk menggorengnya bersama sayuran. Karena masih bingung, orang Portugis pun mengajari mereka cara melakukannya. Portugis mendirikan pos perdagangan di Jepang dan tinggal di sana selama kurang dari 1 abad. Selama periode ini, hidangan yang sekarang di kenal sebagai makanan yang mulai menyebar ke seluruh negeri dan tersedia di warung-warung kecil yang di kelola keluarga yang di sebut yatai. Hampir setiap desa di Jepang memiliki warung yatai sendiri, dan mereka mulai mengembangkan resep Tempura.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait